Monday, October 31, 2011

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Concepts are mental images we use as summary devices for bringing together observations and experiences that seem to have something in common. (konsep adalah citra mental yang kita gunakan sebagai alat untuk memadukan pengamatan dan pengalaman yang memiliki kesamaan).

Konsep dasar pendidikan yang ideal dapat dibagi kedalam enam macam:
1.Dasar Historis
Dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, berupa undang-undang dan peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.
2.Dasar Sosiologis
Dasar berupa kerangka budaya dimana pendidikannya itu bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya
3.Dasar Ekonomis
Dasar yang member perspektif tentang potensi-potensi manusia, keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.
4.Dasar Politik dan Administrasi
Dasar yang memberi bingkai ideologi (akidah) dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat
5.Dasar Psikologis
Dasar yang member informasi tentang watak peserta didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan
6.Dasar Filsafat
Dasar yang member kemampuan memilih yang terbaik, member arah suatu system yang mengontrol dan member arah kepada semua dasar-dasar yang lain.
Pendidikan Islam haruslah menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai konsep dasar tentang pendidikan islam.

Sunnah merupakan pedoman hidup umat islam setelah Al-Qur’an. Semua amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW, baik itu perkataan maupun perbuatan beliau, dapat dijadikan sumber untuk pendidikan islam, karena Allah SWT telah menjadikan beliau sebagai teladan bagi umatnya.

Karena pandangan hidup (teologi) seorang muslim berdasarkan pada al-qur’an dan al-sunnah, maka yang menjadi dasar pendidikan islam adalah al-qur’an dan al-sunnah tersebut.

Jelaslah bagi kita semua bahwa Al-Qur’an dan Sunnah tidak bisa dinafikan sebagai dasar pendidikan islam, yang berfungsi untuk mendesain teori-teori tentang ilmu pendidikan islam.

1.PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ilmu pendidikan islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dengan redaksi yang agak singkat Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan islam.

1.1. Pengertian Secara Etimologi
Etimologi adalah ilmu yang menyelidiki asal usul kata serta perubahannya dalam bentuk dan makna.

Pendidikan dalam bahasa indonesia berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan”. Istilah pendidikan semula berasal dari kata Yunani yaitu “paedogogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. istilah ini diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain yang seakar dengannya, yaitu al-rabb , rabbayani, murabbiy, yurbiy dan rabbaniy dengan kata kerja “rabba”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah islamiyah”.

Kata tarbiyah, mencakup semua kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam rangka menyiapkan individu (peserta didik), untuk kehidupan yang lebih sempurna dalam berbagai hal.

1.2. Pengertian Secara Terminologi
Terminologi adalah ilmu mengenai batasan atau defenisi istilah.
1.Tarbiyah
Musthafa al-Maraghiy, membagi aktifitas al-tarbiyah dalam dua macam:
a.Tarbiyah Khalqiyah
Pendidikan yang terkait dengan pertumbuhan jasmani manusia yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam pengembangan rohaninya.
b.Tarbiyah diniyah tah-zibiyyah
Pendidikan yang terkait dengan pembinaan,pengembangan akhlak dan agama manusia, untuk kelestarian diri sesama, alam lingkungan dan relasinya dengan Tuhan.

Berdasarkan pembagian diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa ruang lingkup tarbiyah sangatlah luas. Ia mencakup semua kebutuhan manusia baik itu kebutuhan jasmani, rohani, duniawi, akhirat, kebutuhan antar sesama manusia serta terhadap lingkungan dimana mereka berada yang harus dipertanggung jawabkan nantinya dihadapan Allah SWT.

2.Ta’lim
Menurut Muhammad Rasyid Ridha, ta’lim adalah proses transmisi sebagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Kemudian menurut al-Maraghi pengajaran dilaksanakan bertahap, sebagaimana tahapan Adam As. Mempelajari, menyaksikan dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya.
Artinya ta’lim hany
alah sebuah penyampaian atau pengiriman ilmu pada jiwa manusia dan belum mencakup aspek lain.

3.Ta’dib
Menurut al-Naquib al-Attas, ta’dib ialah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan didalam tatanan wujud dan keberadaan-Nya.

Pengertian ta’dib disini lebih kearah ketauhidan manusia terhadap pencipta-Nya.

4.Al-Riadhah
Al-ghazali berpendapat al-Riyadhah ialah pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Beliau mengkhususkan penggunaan al-riyadhah untuk fase anak-anak.

2.BATASAN DEFINISI PENDIDIKAN ISLAM
Jika kita mempersoalkan batas-batas pendidikan, maka secara tidak langsung kita membahas tentang batasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Apa sajakah batasan pendidikan itu? Berikut akan dibahas secara mendalam.

2.1. Batasan Luas
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan, sebagaimana peribahasa minangkabau “alam takambang jadi guru” (alam terkembang jadi guru).
Pendidikan dalam arti luas tidak memiliki batasan-batasan khusus, bisa diperoleh dimana saja seperti pengalaman hidup masing-masing individu.

2.2. Batasan Sempit
Pendidikan dalam arti sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal. Karakteristiknya adalah masa pendidikan terbatas, lingkungan pendidikan berlangsung disekolah/madrasah, bentuk kegiatannya sudah terprogram.

Pendidikan dalam arti sempit merupakan pendidikan yang dilakukan di sekolah, madrasah, pesantren maupun perguruan tinggi. Karna tujuan dari pendidikannya ditentukan oleh lembaga, bukan individu yang bersangkutan.

2.3. Luas dan Terbatas
Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dil;akukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggerakan di lembaga pendidikan non-formal dan in-formal dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan.

Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan in-formal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Lingkungan disini adalah lingkungan dimana individu tumbuh.

Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah gabungan dari pendidikan dalam batasan luasa dan batasan sempit, pendidikan disini tidak terikat secara ketat.

C.PENUTUP
I. Kesimpulan
Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh, oleh karena itu pendidikan islam juga berperan sebagai pendidikan iman dan pendidikan amal. Ajaran islam juga berisi tentang kehidupan perorangan dan bermasyarakat, maka Pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat yang berdasarkan pada al-qur’an dan al-sunnah.

Daftar Pustaka
Al-Marghi, M., 2001, Tafsir al-Maraghi, Bairut: Dan Fikr.

Babbie dalam Sudjana, 2007. D., Pendidikan Nonformal. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.
Daradjat. Z., dkk, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.
Langgulung, H., 2003, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.

Nata, A. 2005, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press.
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan, Padang: the minangkabau foundation press.
UU No.20 Tahun 2003, 2008, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf


Administrasi Kurikulum

I. Pendahuluan

Indonesia, pendidikannya berjalan secara pesat pada abad ke 20. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia sering kali dilakukan perubahan/penggantian kurikulum. Permasalahan pendidikan yang sering menjadi perhatian adalah masalah kurikulum dan administrasi kurikulum.
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan yang bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Perubahan dan pengembangan kurikulum dianggap sebagai salah satu titik krusial di dalam penanganan masalah-masalah pendidikan khususnya pendidikan formal. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hubungan antara administrasi kurikulum dengan kurikulum itu sendiri mencakup pelaksanaan kurikulum, pembinaaan kurikulum, penyusunan silabus, persiapan harian dan sebagainya. Dalam penyelenggaraannya, administrasi kurikulum berperan penting dalam pengembangan pendidikan pada umumnya serta mekankan bagaimana mengarahkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dilaksanakan secara tepat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
II. Pembahasan

A. Pengertian Administrasi Kurikulum
A.1. Pengertian Administrasi
Secara harfiah administrasi berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari kata ad dan ministrare yang berarti membantu, melayani atau mengarahkan. Dalam bahasa Inggris disebut administration (Nawawi dalam Ahmad Sabri, 2000). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:13) dijelaskan bahwa, administrasi adalah 1. Segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber secara efektif dan efisien., 2. Kegiatan-kegiatan yang berupa kerangka kerja dari kebijakan yang dikeluarkan oleh manajer; tata usaha.
Jadi kata administrasi dapat diartikan sebagai segala usaha bersama untuk membantu, melayani dan mengarahkan semua kegiatan, dalam mencapai suatu tujuan.

A.2. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No.20 th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Unruh dan Unruh (1984) curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction. Dapat ditambahkan bahwa curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine dalam Sanjaya, 2005). Mark K. Smith (2000) menganalisis empat pendekatan kurikulum yaitu; (1) Curriculum as a body of knowledge to be transmitted, (2). Curriculum as an attempt to achieve certain ends in students – product, (3) Curriculum as process, (4) Curriculum as praxis. Nasution (2008:5) menekankan bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Sudjana (2005:3) menambahkan kurikulum merupakan niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Sukmadinata (2005) menegaskan bahwa Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan “segala rancangan dan kegiatan pendidikan yang secara maksimal dikembangkan oleh pendidik, untuk meningkatkan potensi kemanusiaan yang ada pada diri seseorang (peserta didik) baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh untuk membantu, melayani, dan mengarahkan serta membina secara kontinyu situasi belajar mengajar, agar berjalan efektif dan efesien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

B. Kegiatan Administrasi Kurikulum
Gunawan (1996:80) menjelaskan bahwa, secara operasional kegiatan administrasi kurikulum dapat di identifikasikan menjadi tiga kegiatan pokok yakni; 1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pendidik, 2. Kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, dan 3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademika atau warga sekolah. Disamping itu Sabri (2000) menambahkan kegiatan lain yang menyangkut administrasi kurikulum yakni; kegiatan yang menyangkut proses belajar mengajar (PBM), karena kegiatan ini erat kaitannya dengan ketiga kegiatan pokok di atas. Untuk lebih memahami apa dan bagaimana sebenarnya kegiatan administrasi itu, dapat dilihat dari uraian dibawah ini.

1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pendidik
A. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program pengajaran, dan
ketentuan tentang beban mengajar wajib guru.
B. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran.
Ada tiga jenis jadwal pelajaran untuk guru, yaitu:
1. Jadwal pelajaran kurikuler
Disusun secara edukatif oleh guru atau tim guru dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan akademik seperti:
a. Keseimbangan berat atau ringannya bobot pelajaran setiap hari.
b. Pengaturan mata pelajaran mana yang perlu didahulukan, ditengah atau
diakhir pelajaran, seperti olahraga, matematika, kesenian dan seterusnya.
c. Mana pelajaran yang bersifat pratikum, PKL, PPL dan sebagainya.

2. Jadwal pelajaran ko-kurikuler
Disusun secara strategik sesuai situasi dan kondisi individual atau
kelompok peserta didik sehingga dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan
serta mencerna materi pelajaran secara efektif dan efisien.

3. Jadwal pelajaran ekstra-kurikuler
Disusun diluar jam pelajaran kurikuler dan progran ko-kurikuler,
biasanya bersifat pengembangan ekspresi, hobi, bakat serta kegiatan-kegiatan
lainnya yang dapat menunjang PBM.

C. Tugas guru dalam kegiatan PBM
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting.
Guru menentukan segalanya, mau diapakan siswa, apa yang harus dikuasai siswa
dan sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran, semuanya
tergantung guru. Maka Gunawan (1996:83) meminta para guru memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Membuat desain instruksional
Desain instruksional adalah suatu perencanaan pengajaran yang
menggunakan pendekatan sistem, atau pengajaran dianggap sebagai sistem
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan saling
berhubungan satu sama lain, untuk mencapai suatu tujuan.
2. Melaksanakan pengajaran, termasuk strategi pengelolaan kelas
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu. Sanjaya (2007:164) menjelaskan pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat
mengganggu suasana belajar mengajar. Pengelolaan kelas disini menurut
Gunawan (1996) bisa berupa strategi fisikal dan nonfisikal.
a) Strategi fisikal, pengelolaan kelas yang lebih memperhatikan kesuksesan
PBM yang ditunjang dengan kondisioning lainnya.
b) Strategi nonfisikal, pengelolaan kelas yang lebih mengarah pada
kesuksesan PBM yang ditunjang dengan kondisioning jiwani atau emosional.
3. Mengevaluasi hasil belajar
Salah satu aspek pokok dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar
adalah mengevaluasi sejauh mana terjadinya prestasi belajar siswa melalui
latar belakang serta faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhinya. Wand
and Brown dalam Wayan Nurkancana (1986:1) mengatakan evaluation refer to
the act or process to determining the value of something. Evaluasi adalah
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu.

2. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik atau siswa
Demi suksesnya proses belajar mengajar, seorang siswa atau peserta
didik harus kreatif dalam menyusun jadwal, kapan waktu belajar dan kapan
waktu untuk bermain atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademis
Merupakan kegiatan untuk mensinkronisasi segala kegiatan sekolah, yang
kurikuler, ekstra- kurikuler, akademik atau non-akademik, hari libur dan
sebagainya.

4. Kegiatan yang menyangkut proses belajar mengajar (PBM)
a. Penyusunan rencana kerja tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan.
b. Penyusunan jadwal pelajaran.
c. Penyusunan jadwal ulangan dan ujian.
d. Penyusunan daftar buku dan alat pelajaran yang akan digunakan dalam
berbagai kegiatan belajar.
e. Penyusunan norma penilaian.
f. Pencatatan dan pelaporan hasil-hasil kegiatan dan prestasi belajar siswa.
g. Penyusunan rencana dan kegiatan “belajar di dalam sekolah” dan “belajar di
luar sekolah”.


C. PELAKSANAAN KURIKULUM
Sebagus apapun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki,
keberhasilannya sangat tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhanapun
apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat dan dedikasi yang tinggi,
hasilnya akan lebih baik dari desain kurikulum yang hebat tetapi kemampuan,
semangat dan dedikasi gurunya rendah. Sukmadinata (2007:119) menegaskan
beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam pelaksanaan
kurikulum, antara lain :
1. Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum,
2. Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi
tujuan-tujuan yang lebih spesifik, dan
3. Kemampuan untuk menerjemahkan tujuan-tujuan khusus kepada kegiatan
pembelajaran.

Disamping itu, menurut Asnawir (2004:224) seorang guru juga harus
memiliki sepuluh kompetensi dalam mengajar, yaitu :
1. Menguasai bahan,
2. Mengelola program belajar – mengajar,
3. Mengelola kelas,
4. Menggunakan media atau sumber belajar,
5. Menguasai landasan kependidikan,
6. Mengelola interaksi belajar – mengajar,
7. Menilai prestasi belajar – mengajar,
8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling,
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.

Dengan demikian para guru harus mampu menguasai materi pelajaran,
pengetahuan cara mengajar dan pengetahuan tentang tingkah laku individu.
Selain itu guru juga harus mampu menghargai profesinya serta harus terampil
dalam berperilaku.

Mengutip pernyataan Asnawir (2004:227) bahwa, dalam pelaksanaan
kurikulum ada tiga tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu; 1. Persiapan,
2. Pelaksanaan pengajaran, dan 3. Penutupan. Ketiga kegiatan tersebut adalah
sebagai uraian berikut :

1. Persiapan
Tahap ini dilakukan oleh guru sebelum kegiatan mengajar dimulai yakni
pada saat membuka pelajaran. Sanjaya (2007:162) berpendapat bahwa membuka
pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pengajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa, agar mental
maupun perhatian terpusat pada pengalaman yang disajikan sehingga materi
dan bahan pelajaran mudah dikuasai. Hal tersebut bisa berupa pengucapan
salam, membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, melakukan
interaksi yang menyenangkan, dan lain sebagainya.

2. Pelaksanaan
Keberhasilan suatu kurikulum dapat diukur dari sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran yang tertuang di dalam kurikulum. Untuk
itu, Asnawir (2004:228) mengelompokkan kegiatan pelaksanaan pengajaran
kepada tiga bagian, yaitu :
a. Pendahuluan, dimana guru berusaha untuk mengarahkan perhatian siswa
untuk masuk ke pokok bahasan,
b. Pelajaran inti, merupakan interaksi belajar mengajar yang terjadi
antara guru dengan siswa dalam membahas pokok bahasan, dan
c. Evaluasi, kegiatan ini dilakukan oleh guru setelah selesai pelajaran
inti. Seperti mengajukan pertanyaan atau meminta siswa untuk membuat
ringkasan tentang pokok bahasan yang telah di pelajari.

3. Penutup
Menutup pelajaran perlu dilakukan agar pengalaman belajar serta
materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari keseluruhan
pengalaman siswa. Sanjaya (2007:163) mengartikannya sebagai kegiatan yang
dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan
gambaran yang menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta
keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengucapkan salam serta
memberikan saran-saran untuk memperluas wawasan siswa yang berhubungan
dengan materi pelajaran yang telah dibahas.

III. Penutup

A. KESIMPULAN
Jika merujuk pada pengertian administrasi secara sederhana sebagai kegiatan
mengarahkan, maka istilah administrasi kurikulum menekankan pada upaya bagaimana
mengarahkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dilaksanakan secara tepat dalam
berbagai kegiatan pendidikan.
Seperti diketahui, kurikulum mengandung rencana kegiatan yang akan dilakukan
selama proses belajar mengajar. Dalam hal ini, kurikulum merupakan panduan dalam
pengajaran. Kurikulum seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai panduan, tetapi
kurikulum juga sebagai instrumen dalam meramalkan keadaan masa datang. Dengan
demikian, kurikulum memiliki peran sentral dalam mengarahkan capaian tujuan dan
sasaran pendidikan. Ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum:
1. Kurikulum merupakan inti pokok dalam proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan formal.
2. Kurikulum merupakan suatu sistem yang harus dikembangkan.
3. Kurikulum merupakan suatu kajian, yang terus dipelajari oleh para ahli agar
pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang.

Dengan demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum adalah berbagai
kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga
kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian
dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran
pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum
menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar terencana dengan baik, sehingga
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula.

daftar pustaka
Asnawir, 2004, Administrasi Pendidikan, Padang: IAIN-IB Press.
Depdiknas, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.
Gunawan, A.H., 1996, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, 2008, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Nurkancana, W dan Sunartana, 1986, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Sabri, A., 2000, Administrasi Pendidikan, Padang: IAIN-IB Press.
Sanjaya, W., 2005, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ______.
Sanjaya, W., 2007, Pengajaran., Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (penyunting)., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II, Bandung: Pedogogiana Press.
Smith, M. K., 2000, 'Curriculum theory and practice' the encyclopaedia of informal education, www.infed.org/biblio/b-curric.htm. dilihat pada: 23 Oktober 2011.
Sudjana, N., 2005, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sukmadinata, N.S., 2005, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja RosdaKarya.
Sukmadinata, N.S., 2007, Kurikulum dan Pembelajaran, Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (penyunting)., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II, Bandung: Pedogogiana Press.
UU No.20 Tahun 2003, 2008, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, dilihat pada: 23 September 2011.
Unruh dan Unruh, 1984, http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1518, dilihat pada: 23 Oktober 2011.

Thursday, July 14, 2011

puisi rindu

disini ku berdiri
menyepi di antara keindahan sang rembulan
dan pekatnya malam.
ku sebar benih-benih rindu
di luasnya hamparan nan tak bertepi.
berharap kau menemukan secuil rasa rinduku.

aku merasa kau begitu jauh
meski kita berteduh
di langit yang sama

kekasihku HN...
jika kau percaya samudra itu biru
maka dengarkanlah
nyayian rinduku
kan ku dentingkan
di sunyinya malam
BAHWA AKU BEGITU MERINDUKANMU

Thursday, March 31, 2011

To Be (Ada, adalah)

To Be (am, are, is) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia, pada umumnya to be tidak diterjemahkan.

To Be digunakan sebagai penghubung antara subjek dan predikat.
Predikat suatu kalimat terdiri atas :
a. kata sifat (adjective)
b. kata benda (noun)
c. kata keterangan atau tambahan (adverb)
d. kata kerja (verb) yang menyatakan sedang melakukan sesuatu.
To Be menghubungkan subjek dan predikat, to be dapat berubah-ubah sesuai dengan subjek (pelaku). Lihat contoh dibawah ini:
a). predikat kalimat berupa kata sifat:
1. I am happy
2. You are right
3. He is handsome
4. dan sebagainya

b). predikat kalimat berupa kata benda:
1. I am a teacher
2. You are a physician
3. He is a student
4. It is a bag
5. dan sebagainya

c). predikat kalimat berupa kata keterangan:
1. I am in the room
2. You are in the class
3. He is in the bathroom
4. It is there on the table
5. dan sebagainya

d). predikatnya kata kerja yang menyatakan sedang melakukan sesuatu:
1. I am reading a book
2. You are studying English
3. He is sitting
4. It is eating grass
5. dan sebagainya

Setelah kita pahami contoh-contoh di atas, sekarang kita coba menggunakannya dalam bentuk-bentuk kalimat yang lain. Akan tetapi sebelum itu harus kita ketahui dulu macam-macam bentuk kalimat:
1. Affirmative Sentence
* Kalimat berita, dengan tanda (+)
2. Negative Sentence
* Kalimat menyangkal, dengan tanda (-)
3. Interrogative Sentence
* Kalimat tanya, dengan tanda (?)
4. Negative Interrogative Sentence
* Kalimat tanya menyangkal, dengan tanda (-?)
5. Imperative Sentence
* Kalimat perintah, dengan tanda (!)

Sekarang kita perhatikan pemakaian to be ini dalam lima bentuk kalimat di atas.
Akan tetapi harus diperhatikan:
1). Kalimat berita contoh-contohnya telah disebutkan di butir a, b, c dan d
2). Dalam kalimat negative, kita tambahkan not sesudah to be
contoh : He is not handsome
3). Dalam kalimat interrogative, to be kita letakkan di depan subject
contoh : Is he handsome
4). Dalam kalimat negative interrogative, to be yang di tambahkan dengan not itu diletakkan di awal kalimat
contoh : Isn't he handsome
5). Dalam kalimat imperative, to be tidak berubah dan be diletakkan di awal kalimat.
contoh : Be careful, please

Catatan:
Kalau kata please diletakkan di awal kalimat, tanda koma tidak dipakai setelah please : please be careful
Akan tetapi jika please berada di posisi akhir kalimat, tanda koma dipakai sebelum please : Be careful, please

Keterangan:
1). Am dipakai untuk kata ganti orang pertama tunggal, atau dengan kata lain, am berpasangan dengan I
2). Are dipakai untuk kata ganti orang (personal pronoun) yang berbentuk jamak dan kata ganti orang kedua tunggal. Atau dengan kata lain, are berpasangan dengan we, you (tunggal dan jamak) dan they.
3). Is dipakai untuk kata ganti orang ketiga tunggal, Atau dengan kata lain, is berpasangan dengan he, she dan it
4). Untuk kata benda yang tak dapat dihitung, pasangannya juga is
contoh : This ink is black

Sunday, March 20, 2011

The Eight Part Of Speech

  1.  Noun ( Kata benda atau Nomina ), Semua kata yang menunjukkan benda, baik itu yang berwujud maupun tak berwujud. Noun dalam kalimat bisa berupa Subject ataupun Object.
  2. Pronoun ( Kata ganti atau pronomina ),  contoh : I, You, He, She, It, We, They, Me
  3. Adjective ( Kata sifat atau Adjektiva ), Berfungsi untuk menerangkan kata benda dalam sebuah kalimat
  4. Verb ( Kata kerja ), semua kata yang menyatakan suatu kegiatan atau aktifitas atau aksi (tindakan)
  5. Adverb ( Kata keterangan ), berfungsi untuk menerangkan kata kerja dalam sebuah kalimat
  6. Preposition ( Kata depan ), contoh : in, on, at, under, after, etc
  7. Conjunction ( Kata sambung ), contoh : and, or, as, but, also, while
  8. Interjection  ( Kata seru ), contoh : ah, eh, dear, hello, hey, etc