Monday, December 3, 2012

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR

A. PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui, sejarah Islam telah melalui tiga periode yaitu periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antarwilayah Islam, serta adanya kemajuan di bidang sains. Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran yang ditandai dengan terpecahnya kerajaan Islam menjadi beberapa kerajaan antara lain: (a). Kerajaan Usmani di Turki, (b). Kerajaan Safawi di Persia, dan (c). Kerajaan Mughal di India. Kemunculan tiga kerajaan Islam ini banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaannya dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Kerajaan Safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya (1588-1628 M). Dan Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan cepat. Kemunduran-kemunduran ini tentu sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya tentang bagaimana sejarah berdiri, perkembangan, kemajuan, kemunduran, serta kehancuran dari tiga kerajaan ini, akan dikupas secara lebih mendalam pada pembahasan selanjutnya.

Renovasi Gedung SC IAIN IB Padang tak Kunjung Rampung

Karang Gantiang, Gedung Student Center atau yang lebih dikenal dengan nama SC, gedung pink, gedung gempa bak celotehan para guru-guru yang mengikuti PLPG, adalah satu dari sekian gedung milik Fakultas Tarbiyah yang rusak berat akibat gempa yang melanda Sumatera Barat tiga tahun silam. Selain berfungsi sebagai tempat perkuliahan, gedung ini juga difungsikan sebagai pusat penelitian IAIN IB Padang. Namun, kondisi fisik gedung yang rusak tersebut sudah tidak layak lagi dijadikan sebagai student center, karena sangat mengganggu kenyaman mahasiswa yang sedang melakukan berbagai aktivitas di lokasi ini. Mereka, para mahasiswa selalu dihantui rasa takut akan robohnya gedung ini sewaktu-waktu.
Renovasi gedung SC telah dimulai pada pertengahan semester dua, tahun akademik 2011/2012 lalu dan direncanakan akan selesai sebelum tahun ajaran baru 2012/2013 ini. Namun pada kenyataannya, harapan mahasiswa Fakultas Tarbiyah untuk bisa belajar lagi di gedung ini belum terealisasi, karena renovasi gedung belum juga rampung sampai detik ini. Entah apa kendalanya sehingga proses renovasi tersebut terkesan lamban dan bahkan terkesan di ulur-ulur. Menurut hemat penulis, para pekerja yang melakukan renovasi tersebut lebih banyak santainya dari pada bekerja, mereka terkesan mengulur waktu, penyebabnya belum penulis ketahui secara pasti, mungkin karena sistem upahlah yang menyebabkan mereka terkesan seperti itu. Lambannya proses renovasi ini berdampak langsung kepada seluruh sivitas akademika Fakultas Tarbiyah. Mulai dari karyawan bagian akademik yang kewalahan menyusun jadwal perkuliahan karena harus menunggu sisa kelas dari Fakultas lain (F.Adab dan F.Ushuluddin), yang mengakibatkan jadwal perkuliahan terbit lebih lama dibanding fakultas lain. Adanya sebagian dosen yang belum tahu persis dimana kelas tempat mereka memberi perkuliahan, sehingga mereka telat masuk kekelas. Dan yang paling dirugikan disini adalah mahasiswa, mereka harus mondar mandir antara satu fakultas ke fakultas lain karena adanya pergantian ruangan kelas, belum lagi ada dosen yang meminta perubahan jadwal dengan alasan mereka ada kegiatan lain pada jadwal yang telah ditetapkan pihak fakultas, sehingga mahasiswa harus peras otak mencari kelas yang kosong, agar perkuliahan tetap berjalan, namun mahasiswa harus tetap menyikapinya dengan positif. Sejatinya, hal ini harus mendapat perhatian lebih dari para petinggi IAIN IB dan pihak-pihak berwenang lainnya. Mereka harus berusaha memotivasi pekerja agar sedini mungkin merampungkan renovasi ini. Masalah seperti ini seharusnya tak pernah terjadi andai saja kedua belah pihak menentukan batas waktu maksimal penyelesaian proyek renovasi gedung SC tersebut di awal. Hal ini tentu saja demi kemajuan pendidikan di kampus ini pada khususnya dan bangsa ini pada umumnya, bagaimana bisa outputnya akan bermutu sementara prosesnya bisa dibilang sembraut, bukankah sebuah bangsa itu besar karena orang-orangnya yang terdidik?.